“Menulis, Hal yang paling ku sukai dalam hidup.
Kau Ingin tau kenapa?.
Karena dengan menulis , mungkin aku masih bisa hidup sedikit lebih lama”
#Rainbow After Rain
Apa
ia gila?. Sepertinya tidak. Hanya saja apa ada alasan yang masuk diakal
untuk menerima ajakan kencan dari seseorang yang bahkan baru ia kenal
selama tidak kurang dari tiga hari yang lalu?. Tapi entahlah, sepertinya
Naira juga tidak terlalu memfikirkannya. Lagi pula tiada jaminan bahwa
orang yang telah lama kita kenal bisa di percaya bukan?.
Setelah
terlebih dahulu mengunci pintu rumahnya Naira segera melangkah keluar
dimana tampak di depan rumah mobil Steven telah terparkir di sana.
Senyum di wajah Naira mengembang saat melihat Steven yang kali ini,
kalau ia boleh memuji terlihat lebih keren dengan setelan yang di
kenakannya.
“Sudah
siap?” tanya Steven memastikan. Kali ini Naira hanya membalas dengan
anggukan. Tak lupa sebuah senyuman masih tetap bertenger manis di
bibirnya.
“Memangnya kita akan kemana?” tanya Naira setelah mobil berjalan.
“Kau ingin aku yang menentukan tempatnya atau kau sendiri yang akan memilih?” Steven memberikan penawaran.
“Karena kau yang mengajak, seharusnya kau sudah punya rencana bukan?” Naira membalas pertanyaan.
“Baiklah jika begitu. Kuharap Kau tidak akan merasa bosan nantinya” .
“Memangnya kita mau kemana?” tanya Naira lagi.
Steven tidak menjawab, hanya senyuman yang terukir di bibir sebagai jawaban.
Credit Gambar : Star Night
Cerpen Remaja : Rainbow After Rain
Sesekali
Naira melilirik kearah Steven atau pun Genangan air yang ada di
hadapannya. Bosan?. SANGAT!. Ia sama sekali tidak habis fikir. Orang
seperti apa yang berani mengajak ‘kencan’ namun kenyataannya hanya duduk
terdiam menanti ikan – ikan bodoh yang akan memakan umpan di kailnya.
“Sepertinya kau merasa bosan?”.
Mendengar kata tanya dari sosok yang duduk disampingnya Naira menoleh.
“Baiklah,
karena aku bukan tipe orang yang suka berbohong bahkan hanya untuk
menyenangkan hati orang lain maka aku akan menjawab ia. Aku memang
merasa sedikit bosan” balas Naira mencoba tetap tersenyum.
“Maaf,
ku pikir kau suka. Soalnya bila aku merasa Jenuh biasanya aku akan
menghabiskan waktu dengan memancing. Menurutku ini benar – benar
menghibur”.
Naira
benar – benar harus menahan diri untuk tidak memutar mata mendengar
alasan yang Steven lontarkan. Sambil tetap menjaga sikapnya Naira
kembali berujar.
“Tapi saat ini kau kan tidak sedang merasa jenuh kan”.
“He?” sebelah alis Steven terangkat.
“Kalau
kau memang sedang merasa bosan, mana mungkin kau mengajak ku” Balas
Naira meralat. Seolah mengerti maksud raut bingung yang tergambar di
wajah Steven.
“O
kau benar. Sebenarnya tadinya aku hanya berniat untuk membuat mu merasa
apa yang kurasaakan saat memancing. Karena menurutku ini merupakan
keasikan tersendiri”.
“Kalau
begitu aku minta maaf. Karena sejujurnya menurutku ini memang benar –
benar membosankan” Sahut Naira jujur walau tak urung merasa sedikit
bersalah. Mungkin saja Steven kecewa atas jawabannya.
“Kau
tidak perlu minta maaf. Seharusnya aku menanyakan pendapatmu dulu tadi.
Tapi ya sudah lah, tidak perlu di permasalahkan lagi. Kalau begitu
mending sekarang kita ganti tempat saja. Kali ini kau yang menentukan”.
“He?” Naira bingung, Steven justru hanya angkat bahu.
“Tapi
sebelum itu, bagaimana kalau kita makan dulu. Sepertinya ini juga
sudah siang” Tambah Steven sambil melirik jam yang melingkar di
tanganya. Pukul 11 lewat 15. Menyadari hal yang sama, Naira membalas
dengan anggukan setuju. Keduanya segera beranjak bangun.
Begitu
mendatangi salah satu rumah makan yang terlihat enak mereka segera
memesan makanan masing- masing. Sambil menikmati hidangan keduanya tetap
mengobrol.
“Jadi kamu masih kuliah dan ini sudah masuk ke smester akhir?”
Naira mengangguk membenarkan. “Yah mungkin masih sekitar 5 bulanan”.
“Ehem,
Naira maaf jika kamu nantinya malah menanggap aku ini orang aneh. tapi
sejujurnya entah mengapa saat ini aku benar – benar ingin mengenal mu
lebih jauh”.
“Ha?”
Naira mendongak, menatap heran kearah Steven yang kini juga sedang
menatapnya. Dan naira sama sekali tidak menemukan aura kebohongan dari
sepasang mata tajam itu.
“Ehem,
Memenuhi ajakan kencan yang bahkan baru di kenal dalam waktu tiga hari
tidak kah membuat mu berpikir aku ini wanita aneh?” Naira balik membalas
dengan pertanyaan. Mendengar hal itu, mau tak mau membuat steven
tersenyum.
“Kalau begitu kau tidak keberatan kan sekiranya aku bertanya sedikit banyak tentang mu?”.
“Tergantung
pertanyaannya. Selama itu masih hal yang wajar, aku akan dengan senang
hati menjawabnya. Tapi yah jika tidak....” Naira tidak melanjutkan
ucapannya. Hanya kedua bahunya yang terangkat cukup untuk mengantikan.
“Kau
ingin bertanya apa, munkin sekiranya kau tidak keberatan kita bisa
saling mengenal. Maksut ku bukan hanya kau yang ingin mengetahu tentang
diriku” Tambah Naira lagi.
“Aku
suka memancing, tapi kau malah menganggapnya sebagai hal yang
membosankan. Kalau begitu hal apa yang paling kau sukai untuk di
lakukan?”.
“Menulis” Balas Naira cepat sekaligus penuh keyakinan.
“Oh ya, kenapa?”.
“Karena dengan menulis mungkin aku bisa hidup sedikit lebih lama”.
Naira
mengernyit heran saat telingannya menangkap dentingan sendok yang
beradu dengan piring. Begitu ia menoleh kearah Steven rasa herannya naik
satu tingkat. Tatapan pria itu terarah lurus kearahnya. Membuatnya tiba
– tiba merasa ganjil.
“Kenapa?” tanya Naira lagi.
“Apa maksut ucapan mu barusan?” tanya Steven tajam.
“Ha?. Kenapa?” tanya Naira lagi.
“Kau berkata seolah – olah kau akan pergi saja”
Naira terdiam, mencerna apa yang steven katakan barusan.
“Jadi
itu maksutnya?. Kenapa kau bisa menebaknya dengan tepat sementara aku
tidak. Apa mungkin aku memang sebodoh itu” Gumam Naira lirih dengan
kepala menunduk dalam.
“Apa?. Maksut mu kau benar – benar akan pergi?” tanya Steven terlihat kaget.
Segera
di arahkannya pandangannya kearah Naira yang tampak sedang memandang ke
arah kejauhan. Tanpa perlu di beri tahu steven dapat merasakan ada
kepedihan dalam tatapannya. Tiba – tiba saja ia merasa tak bernapsu lagi
untuk menikmati pesanannya. Ayolah, ini bukan sebuah kisah sinetron di
mana tokoh utamanya sakit kemudian pergi meninggalkan pasangannya
sendirian. Namun, bukannya ini juga dunia cerpen. Setiap hal selalu ada
kemungkinan di dalamnya bukan?... ^_^
To be continue....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar